Peran Pemuda dan Kebudayaan dalam Mewujudkan Jakarta
sebagai Kota Global yang Inklusif serta Berkelanjutan
Jakarta (25/4). Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026 Provinsi DKI Jakarta terus bergulir. Kali ini, bidang Kesejahteraan Rakyat menjadi sorotan utama dalam sidang kelompok yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta, dengan fokus mendalam pada dua tema besar: kepemudaan dan pengembangan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan.
"Pembangunan di Jakarta tidak bisa hanya terpusat pada infrastruktur fisik. Kita harus memberikan perhatian yang sama pada pengembangan sumber daya manusia, terutama generasi muda dan melestarikan serta mengembangkan kekayaan budaya kita. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Jakarta yang lebih baik," ujar Hendra.
Ia menekankan bahwa pemuda adalah agen perubahan, sementara budaya adalah roh dari sebuah kota. Mengabaikan salah satunya berarti melemahkan daya saing serta keunikan Jakarta di mata dunia.
Forum Musrenbang RKPD 2026 bidang Kesejahteraan Rakyat tersebut juga menjadi wadah penyerapan aspirasi masyarakat yang telah dihimpun melalui forum berjenjang Musrenbang sejak awal tahun, dari tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota dan provinsi. Ribuan usulan masyarakat terkait pendidikan, kesehatan, pengembangan kepemudaan, serta pelestarian budaya telah masuk melalui kanal resmi e-Musrenbang dan reses DPRD.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk mengakomodasi seluruh aspirasi tersebut dalam perencanaan Pembangunan. Dengan demikian memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya generasi muda dan pelaku budaya.
Sidang kelompok ini menghadirkan dua narasumber berkompeten di bidangnya. Pertama, Randa Sandhita, perwakilan United Nations Development Programme (UNDP), dengan keahlian Youth Empowerment, Economic Development, and Public Policy, membahas tentang Pembangunan Pemuda dalam Kebudayaan. Kedua, Winda Malika Siregar, pengurus Yayasan Mitra Museum Jakarta serta Wakil Ketua Komite Tetap Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Pusat Bidang Kebudayaan" Diplomasi dan Hubungan Internasional, mengupas mengenai Strategi Pemanfaatan Aset-Aset Budaya.
Dalam paparannya, Randa menekankan perumusan definisi kemajuan yang lebih komprehensif terkait pemuda. "Pembangunan pemuda tidak hanya terbatas pada usia, tetapi juga isu-isu lintas sektoral yang menyentuh semua aspek pembangunan. Kita harus lebih inklusif dan melibatkan pemuda dalam setiap program, dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mereka hadapi," jelasnya.
Ia juga menyoroti pelibatan pemuda dalam program pembangunan dan mendengarkan isu-isu krusial yang mereka hadapi. "Pemuda memiliki cross-cutting issues, artinya segala sektor pembangunan dari pendidikan hingga ekonomi pasti akan menyentuh atau melibatkan mereka. UNDP sendiri memasukkan pemuda dalam banyak program. Kita selalu melihat bahwa pemuda harus involved di program mana pun dan melibatkan isu serta masalah yang mereka hadapi. Jadi, kita harus lebih inklusif," tambah Randa Sandhita.
Pada kesempatan yang sama, Winda Malika Siregar menekankan, untuk mencapai visinya sebagai Top 20 Global City, Jakarta perlu mengambil langkah-langkah konkret dalam memanfaatkan aset budayanya. "Salah satu langkah utama adalah digitalisasi budaya lintas generasi, dengan fokus pada platform yang relevan bagi kaum muda. Ini merupakan kunci untuk memanfaatkan bonus demografi yang kita miliki saat ini," tegas Winda.
Ia pun mendorong Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menempuh strategi promosi budaya yang tidak hard sell. Misalnya, memfasilitasi pengalaman organik Jakarta bagi kurator, seniman, serta media asing, agar mereka bisa membawa cerita Jakarta ke dunia internasional dengan cara yang lebih otentik dan mengesankan.
Lebih lanjut, Winda mengingatkan, pekerja seni adalah arsitek identitas kota yang harus dilindungi, didukung, serta diberdayakan oleh pemerintah. "Tanpa perlindungan dan pemberdayaan bagi pelaku seni budaya, Jakarta akan kehilangan daya saing dan karakter uniknya di mata dunia," tambahnya.
Sidang kelompok Musrenbang ini menjadi langkah awal dalam merumuskan arah kebijakan kesejahteraan rakyat di Jakarta pada 2026 yang lebih menyeluruh. Tidak hanya membangun dari sisi fisik, tetapi juga membangun jiwa kota melalui pemuda yang berdaya dan budaya yang hidup.
Hasil diskusi serta rekomendasi dari forum ini akan menjadi input penting dalam penyusunan RKPD 2026, sekaligus memperkuat fondasi bagi Jakarta menuju 500 tahun usianya pada 2027 dan cita-cita menjadi 20 kota global berkelas dunia pada 2045.
RKPD 2026 yang dihasilkan dari proses Musrenbang ini diharapkan dapat menjadi panduan yang efektif dalam mewujudkan Jakarta sebagai kota yang sejahtera, berbudaya, serta berdaya saing global, dengan pemuda sebagai agen perubahan dan kebudayaan sebagai identitas yang kuat.