Endgame Gubernur DKI Jakarta dan Cultural Experience Kepala Bappeda Endgame Gubernur DKI Jakarta dan Cultural Experience Kepala Bappeda

Endgame Gubernur DKI Jakarta dan Cultural Experience Kepala Bappeda

Percakapan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung dengan pengusaha dan mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan salah satu acara yang menyedot perhatian masyarakat dalam Jakarta Future Festival 2025. Graha Bhakti Budaya yang biasa dipakai untuk tempat pertunjukan musik, tari, atau teater nan megah di Taman Ismail Marzuki (TIM), tiba-tiba disulap panggung Endgame, sebuah siniar (podcast) yang kini tengah naik daun, pada 15 Juni 2025.

Dengan ciri khasnya --pertanyaan tajam berbasis riset, namun tak melewatkan penggalian human interest--, Gita langsung membuka data ekonomi Cina dalam 30 tahun terakhir yang tumbuh 30 kali dibanding negara-negara Asia Tenggara yang tumbuh 2,5 kali. Hal itu antara lain disebabkan kesenjangan hubungan talenta dengan pemerintah, infrastruktur nan minim, serta pendidikan dan inovasi yang kurang.

"Untuk mengatasi masalah tersebut, dengan APBD (Anggaran Pendapatan  dan Belanja Daerah) sekitar Rp 90 triliun, apakah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengeluarkan bond (obligasi)?" tanya Gita. Gubernur Pramono langsung mengiyakan, seraya membeberkan nilai KJP (Kartu Jakarta Pintar) yang mencapai Rp 1,6 triliun, dengan 707.000 lebih siswa penerima. Sedangkan penerima KJMU (Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul)  tak hanya mahasiswa S1, tapi juga S2 dan S3.

"Sebagai anak guru, saya sangat menyadari, pendidikan kunci mobilitas sosial warga yang kurang beruntung. Karena itu, saya melakukan pemutihan 6.652 ijazah," ungkap Pramono.

Ia pun menandaskan, keterbukaan atau transparansi jangan hanya berhenti sebagai omongan, melainkan harus dilakukan. "Hidup saya sudah selesai. 61 pejabat yang baru dilantik banyak yang tidak saya kenal.  BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) seperti Bank DKI dan PAM Jaya juga harus di-branding agar lebih profesional," tegasnya.

Keterbukaan pun terus menjadi kunci pelayanan publik. "Jaki (Jakarta kini) untuk pelaporan masyarakat lewat teknologi. Anggota legislatif dari setiap fraksi pun kerap saya ajak ke lapangan bersama gubernur," ujarnya.

Gubernur juga berjanji, tidak akan menggusur.  "Di JIS (Jakarta International Stadium), misalnya, saya bernegosisasi dengan warga Kampung Bayam. Parkir menjadi persoalan JIS pula. Harusnya dibangun jembatan ke Ancol yang berjarak cuma sekitar 300 meter dari JIS, agar kendaraan bisa parkir," urainya.

Pramono Anung menuturkan, untuk meningkatkan riset atau penelitan berkelanjutan yang merupakan salah satu indikator kota global, Pemprov DKI Jakarta telah menandatangani kerja sama dengan dua kampus beken di luar negeri, yakni Georgetown University di Amerika Serikat dan Nottingham  University di Inggris. Perizinan pun telah dipangkas. Sedangkan sampah di Bantargebang diolah menjadi energi dengan PLTs (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).

"Problem terberat Jakarta adalah gini ratio yang masih tinggi. Karena itu menjadi prioritas pada masa awal jabatan saya. Saya meneladani Husni Thamrin, pahlawan Betawi yang meletakkan dasar-dasar teknokrasi pembangunan di Batavia dulu," papar Gubernur Pramono.

Kesenjangan sosial juga disinggung Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta, Atika Nur Rahmania, yang menyelenggarakan Jakarta Future Festival di seluruh arena Taman Ismail Marzuki pada 13-15 Juni 2025. "Kabupaten Kepulauan Seribu, misalnya, masih seperti 10-15 tahun lalu  wilayah lima kota administrasi di Jakarta," bebernya di Teater Kecil, TIM, pada 14 Juni 2025.

Ia pun menyoroti masalah human capital di Jakarta. "Hanya 14,9% lulusan sarjana atau akademi dari seluruh populasi Jakarta," ucapnya. Menurutnya, literasi digital salah satu solusinya.

Atika menyoroti pula kota global yang merupakan amanat Undang-undang Nomor 2  Tahun 2024. Setelah tak lagi menjadi ibu kota, Jakarta harus menjadi kota global. Menurutnya, sejak masih bernama Sunda Kelapa pada abad ke-16, Jakarta sudah global. Karena pelabuhannya menjadi pusat perdagangan dunia bangsa Eropa, Cina, Timur Tengah, dan sebagainya. Kini cultural experience salah satu kekuatan Jakarta menuju kota global, sebab angkanya naik secara konsisten berkat talenta ekonomi kreatif (ekraf).

Artikel Terkait
Aksesbilitas
Perbesar Text
Kecilkan Text
Readable Font
Atur Ulang / Reset