Diskusi kelima atau terakhir jelang Jakarta Innovation Days (JID) yang akan berlangsung pada 21-25 Oktober 2025, berlanjut di Transport Hub Dukuh Atas, Senin, 29 September 2025. Tiga narasumber memantik diskusi, dari sejarawan dan Direktur Komunitas Bambu, JJ Rizal; arsitek yang membangun SANA Kenal Kota dan penulis buku Kenal Kota: Transisi-Jakarta!, Abimantra Pradhana; hingga Strategic Partner JID 2025 dari Jakarta City Branding, Kevin Widaya.
City Branding dan Kampung Kota
Rizal mengungkapkan, jika ditilik dari sejarahnya, city branding Jakarta tak pernah didesain. Sebab awalnya, Jakarta hanya dibangun sebagai kota dagang. Baru kemudian Belanda merancang Batavia sebagai kota kanal dan kota taman. Menurutnya, city branding Jakarta baru muncul pada lima tahun terakhir, selain logo setiap ulang tahun Jakarta. Padahal, kota-kota di dunia semakin mirip satu sama lain. Karena itu, karakter/ciri/identitas Jakarta harus kembali menengok sejarahnya yang sangat kaya.
Toponimi atau asal usul nama tempat-tempat di Jakarta, misalnya, menjelaskan karakter masa lalu kota ini yang panjang. Semua berujung pada kota air (biru) dan kota pohon (hijau). Contohnya Kalipasir, Kalideres, Rawa Belong, serta Utan Kayu. Jadi, Jakarta bukan kota tembok atau aspal (abu-abu). Kampung kota bukan saja menjadi penanda Jakarta yang plural dan multikultural, tapi juga interkultural. Dengan demikian, kampung kota merupakan solusi Jakarta yang tidak tersegregasi, ruang yang sangat kita butuhkan saat ini.
Fifteen Minutes City
Abimantra menawarkan kota yang dapat ditempuh selama 15 menit dari rumah ke tempat kerja maupun ruang ketiga seperti taman, tempat rekreasi, sekolah, layanan kesehatan, dan lain-lain, dengan berjalan kaki (1 kilometer), bersepeda (3 kilometer), atau bertransportasi umum (5 kilometer). Ia pun menawarkan pembentukan kota dengan arsitektur yang menyediakan berbagai fungsi di satu kawasan. Misalnya, Flat Menteng empat lantai di Jalan Rembang, Menteng, Jakarta Pusat, yang ada toko buku, di samping tempat tinggal.
Arsitek ini pun mengemukakan rumah tiga lantainya di Jalan Iskandarsyah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kediaman unik berukuran sekitar 3 x 20 meter ini menggabungkan kegiatan orangtua bekerja dan anak bermain. Selain itu, di dekatnya ada co-working space, kafe, serta halaman yang menggabungkan fungsi tempat kerja, arena bersantai, dan ruang rekreasi.
Jakarta City Branding
Kevin menelusuri sejak pembangunan Monumen Nasional (Monas) pada 17 Agustus 1961 sebagai simbol kebangkitan nasional, hingga department store pertama di Indonesia, Sarinah, pada 1966 sebagai simbol ekonomi nasional. Jakarta memiliki historical advantage sebagai episentrum politik, ekonomi, serta budaya di Indonesia. Sebagai kota yang tidak dianugerahi kekayaan alam, pertumbuhan Jakarta bertumpu pada kekuatan modal manusia, jaringan, dan posisi strategisnya dalam politik nasional maupun internasional.
Karakter Jakarta ini membuat city branding merupakan instrumen strategis yang sangat krusial. Jakarta perlu memperkuat citranya sebagai kota global yang menarik bagi bisnis, investasi, pariwisata, dan talenta global. Dengan arah pembangunan Jakarta sebagai Kota Global, penguatan city branding tidak sekadar slogan, tagline, atau penjenamaan, melainkan strategi pembangunan ekonomi berbasis persepsi, keunggulan kompetitif, serta narasi kolektif pula. Jakarta pun bergerak dari "pusat kekuasaan" sebagai ibu kota menjadi "kota semua orangâ sebagai kota global.