Inflasi Bulan Agustus 2021, Sinyal Baik Bagi Perekonomian DKI Jakarta
Pandemi Covid-19 masih melanda Indonesia tidak terkecuali DKI Jakarta. Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus, pemerintah beberapa kali mengubah kebijakan dan aturan pembatasan aktivitas masyarakat. Mulai dari diberlakukannya PSBB Ketat, PSBB Transisi, PPKM Mikro, PPKM Darurat, hingga PPKM Berlevel. Kebijakan PPKM Berlevel di Jawa dan Bali resmi diberlakukan pada akhir Juli 2021, yang mana sebelumnya diberlakukan PPKM Darurat. Penetapan level PPKM ini berpedoman pada Indikator Penyesuaian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Pembatasan Sosial dalam Penanggulangan Pandemi Covid-19 yang diadaptasi dari rekomendasi WHO.
Pada bulan Agustus 2021 dimana PPKM level 3 dan 4 masih diberlakukan, DKI Jakarta mengalami inflasi ringan sebesar 0,08% dimana sebelumnya selama 2 bulan berturut-turut mengalami deflasi. Hal ini merupakan sinyal baik bagi perekonomian DKI Jakarta dengan mulai meningkatnya daya beli dan permintaan masyarakat. Begitu pun sejalan dengan kembali beroperasinya pusat perbelanjaan/mall, restoran dan rumah makan dengan pembatasan jumlah pengunjung dan jam operasional. Selain itu, berlanjutnya pemberian bantuan sosial dan stimulus dunia usaha juga meningkatkan daya beli masyarakat sehingga terjadi peningkatan permintaan yang berujung pada naiknya harga sejumlah barang dan jasa.
Inflasi kali ini didorong oleh naiknya permintaan pada beberapa kelompok pengeluaran seperti kelompok pendidikan; kelompok kesehatan; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya; kelompok transportasi; kelompok restoran; dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan. Komoditi yang naik permintaannya diantaranya biaya pendidikan, vitamin, jamu, biaya jaringan saluran TV dan lain sebagainya. Meskipun DKI Jakarta mengalami inflasi, tidak semua kelompok pengeluaran juga mengalaminya, seperti kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok makanan, minuman, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya. Kelompok pengeluaran tersebut pun menahan laju inflasi yang didukung dengan menurunnya permintaan dan harga pada komoditi baju muslim wanita dan anak-anak, komoditi daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, kangkung, sawi hijau, bahan bakar rumah tangga, dan tas sekolah.
Kedepan, semoga sinyal-sinyal baik bagi perekonomian DKI Jakarta dapat berkelanjutan dan terwujud.