Sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Berbagai upaya pemerintah dalam mengatasi Covid-19 telah dilakukan, seperti pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah, baik dengan lockdown, PSBB, maupun PPKM dan vaksin massal. Kebijakan tersebut belum sepenuhnya membuat Indonesia bebas COVID-19, namun mampu menyelamatkan masyarakat dari gejala Covid-19 yang lebih parah, terlebih dengan virus yang terus bermutasi dan varian baru yang muncul seperti Delta dan Omicron. Begitu pun kebijakan ekonomi seperti bantuan sosial, walaupun belum bisa mengembalikan ekonomi warga seperti sebelum pandemi, akan tetapi mampu menahan jatuhnya ekonomi lebih dalam.
Seiring resurjensi pandemi COVID-19 dengan varian Omicron pada Februari 2022, Provinsi DKI Jakarta kembali mengalami deflasi. Harga-harga di Provinsi DKI Jakarta pun kembali turun secara agregat sebesar -0.05%. Selain itu koreksi harga beberapa komoditas di dua bulan terakhir yang sempat tinggi juga menjadi penyebab deflasi kali ini. Walaupun Provinsi DKI Jakarta mengalami deflasi yang merupakan indikasi turunnya kondisi ekonomi, deflasi kali ini cukup terkendali dibanding kota lain di Indonesia. Deflasi Provinsi DKI Jakarta berada pada urutan ke-44 dari 53 kota yang mengalami deflasi.
Turunnya harga barang dan jasa kali ini didominasi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan minyak goreng. Kelompok ini senantiasa berkontribusi terhadap inflasi maupun deflasi Provinsi DKI Jakarta, karena kelompok ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Perubahan supply dan demand kelompok ini sangat memengaruhi inflasi/deflasi sehingga perlu dijaga pasokannya. Sementara itu komoditas yang mampu menahan deflasi Provinsi DKI Jakarta yaitu angkutan udara, tomat dan pisang, serta beberapa makanan jadi seperti bakso siap santap dan ayam.
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta (01/03/2022)