(Jakarta, 28/11), Bappeda Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan Workshop Pemanfaatan Media Publikasi Bappeda selama dua hari dari tanggal 22 hingga 23 November 2023. Workshop diselenggarakan bertujuan untuk mengasah kemampuan penulis bagi ASN di lingkungan Bappeda Provinsi DKI Jakarta dalam rangka memanfaatkan media publikasi yang dikelola oleh Bappeda.
Workshop dihadiri oleh 4 (empat) narasumber profesional sebagai praktisi dalam bidang penulisan dari berbagai latar belakang pengalaman yakni redaktur pelaksana Majalah JaKita, Bambang Widodo; product manager Katadata Insight Center, Jamalianuri; jurnalis senior Majalah Tempo dan dosen Politeknik Tempo, Taufiqurohman; serta pengelola jurnal ilmiah sekaligus dosen Fisipol Universitas Lampung, Dodi Faedlulloh.
Pada workshop hari pertama, Bambang Widodo memaparkan tentang pentingnya media internal dalam suatu institusi dan organisasi. Terlebih lagi, perkembangan zaman membuat pilihan media internal menjadi semakin beragam di mana media sosial juga bisa dijadikan media internal.
Namun, ada banyak kendala yang membuat media internal menjadi kurang menarik. Salah satu kendala utamanya adalah deadline yang tidak konsisten, sehingga membuat pembaca menjadi malas membaca karena tanggal tayang yang tidak menentu. Selain itu, media internal sering terkesan kaku dan kurang menghibur. Hal ini membuat minat pembaca media internal sangat minim. Menurut Bambang, dalam konteks Bappeda, media internal sangat dibutuhkan untuk menjelaskan program perencanaan pembangunan Kota Jakarta kepada masyarakat luas. Untuk itu, guna memastikan berjalannya kegiatan ini, perlu dukungan sumber daya manusia yang mumpuni, alokasi anggaran yang konsisten dan dukungan kebijakan pimpinan.
Pembicara kedua, Jamalianuri menyampaikan ‘Quality Data is King’. Maknanya, sebagus apapun suatu tulisan, jika tidak didukung dengan data yang berbobot dan valid, maka hanya akan menjadi tulisan opini biasa. Meskipun begitu, kita tidak boleh memaksa agar semua data dimuat dalam satu tayangan sekaligus. Hal ini akan membuat data tulisan menjadi tidak signifikan dan sulit diinterpretasi.
Pada hari kedua, workshop diisi dengan materi penulisan jurnal ilmiah dan tulisan popular. Dodi Faedlulloh memaparkan tentang penulisan ilmiah seperti pentingnya menulis jurnal ilmiah, tata cara penulisan hingga memilih index jurnal yang terpercaya. Ia menggarisbawahi pentingnya ruang menulis bagi para ASN dan mendorong kolaborasi menulis dengan antar bidang.
Paparan dilanjutkan oleh Taufiqurohman, ia menyampaikan bahwa “Ada dua fondasi tulisan yakni, tema dan sudut pandang (angle). Perbedaan angle ini akan mempengaruhi substansi tulisan yang akan disampaikan oleh penulis”. Ia juga menyampaikan bahwa setiap penulis dapat menulis tema yang sama, namun isi tulisannya akan berbeda karena setiap orang memiliki angle tulisan yang berbeda-beda.
Setelah sesi tanya jawab, peserta diajak untuk langsung mempraktikkan teori menulis yang telah diperoleh. Peserta diminta menulis berita dengan menyertakan 5 W (what, who, where, when, why) dan 1 H (how) tentang workshop yang dilaksanakan selama dua hari tersebut. Berbagai tulisan dihasilkan oleh peserta workshop dari angle yang berbeda, mulai dari angle yang mengedepankan narasumbernya, acaranya, manfaat workshop, maupun dari sudut pandang mengasah keterampilan menulisnya.
Harapannya,
workshop ini bukan hanya memberikan peningkatan keterampilan menulis bagi ASN
Bappeda, namun juga dapat mendorong semangat ASN untuk menuangkan gagasan, ide
dan terus menulis, baik menulis ilmiah maupun popular.