Nuansa Kopi di Stasiun MRT Cipete Raya TUKU Nuansa Kopi di Stasiun MRT Cipete Raya TUKU

Nuansa Kopi di Stasiun MRT Cipete Raya TUKU

Biji-biji kopi hitam menumpuk dalam sebuah kotak transparan di Stasiun MRT Cipete Raya TUKU. Sejak 31 Januari 2025 lalu, stasiun yang menghela Cipete menjadi kawasan kuliner di Jakarta Selatan ini memang bernuansa kopi. TUKU, sebuah toko kopi lokal yang berdiri sejak 2015, merupakan brand baru di ujung nama Stasiun Cipete Raya.

Peresmian Stasiun MRT Cipete Raya TUKU pada 31 Januari 2025 (Foto: Dokumentasi Toko Kopi TUKU).

Hasni, seorang karyawati sales swasta yang sehari-hari menggunakan Mass Rapid Transit untuk ke kantor, menyambut penjenamaan baru tersebut. Kebetulan ia penggemar kopi TUKU yang bermakna "beli" dalam Bahasa Jawa. "Keren! Brand TUKU sudah sebesar ini di Stasiun Cipete. Mungkin lebih efektif ya promonya daripada pakai billboard atau spanduk. Karena MRT bukan sekadar moda transportasi umum bagi orang Jakarta, tapi juga destinasi wisata bagi orang-orang dari luar Jakarta," katanya.

Cipete memang sangat bersejarah bagi TUKU. Pemiliknya yang baru berusia 36 tahun, Andanu Prasetyo, sudah berumah di kawasan ini lebih dari seperempat abad. Pada 2010, ia membuka restoran Toodz House di Jalan Cipete Raya. Setelah mempelajari kopi dan bisnisnya di Melbourne, Australia, pada 2013, dua tahun kemudian ia mendirikan Toko Kopi Tuku pertama di jalan yang sama, beberapa ratus meter dari Stasiun MRT Cipete Raya TUKU.

"Ini sudah mimpi panjang kami untuk mengambil bagian dalam perkembangan kota Jakarta, yaitu MRT. Cipete rumah TUKU banget, dari awal kita berdiri di Cipete. Di situ akhirnya terbentuk Komunitas Tetangga TUKU. Jadi ini sebetulnya bentuk apresiasi kita untuk para tetangga Tuku dan komunitas di Cipete pada umumnya. Jadi, dengan kerja sama MRT ini, kita  mengharapkan jadi bagian besar dari kehidupan mereka sehari-hari," ujar Muhamad Septiansyah, Vice President of Business & Operations PT Karya Tetangga TUKU.

 

Toko Kopi TUKU perdana di Jalan Raya Cipete, Jakarta Selatan (Foto: Pusdatinrenbang Bappeda DKI).

Dengan seratus persen menggunakan biji kopi Arabika, TUKU kini telah mempunyai 59 toko kopi di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Yogyakarta, Surabaya, serta Malang. Selain penghuni perumahan, karyawan perkantoran, dan komunitas semisal Vespa Rangers, mayoritas konsumennya para milineal. Pada 2024, toko kopi yang buka pada pukul 7-21 ini mempekerjakan sekitar 500 barista dari 747 karyawannya.

TUKU terbuka terhadap kolaborasi bisnis dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Toko kopi ini juga peduli mengurangi emisi karbon lewat transportasi publik, seperti MRT, di Kota Jakarta yang mobilitas penduduknya tinggi.

"TUKU itu senang sekali berkolaborasi. Kolaborasi ini kita lakukan dengan sesama teman-teman di F & B (Food and Beverage) dan dengan pihak-pihak yang mungkin lebih besar. Sampai di titik ini, ternyata kita bisa ya berkolaborasi dengan sebuah moda transportasi yang menjadi pusat mobilitas orang-orang di Jakarta. Justru potensi kolaborasi di situ sangat besar. Naming itu, menurut kami, sebenarnya hanyalah awal dari langkah baru sebuah bisnis lokal. Bahkan, sebuah coffee shop bisa melangkah lebih besar daripada yang di awalnya. Apalagi menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sehari-hari. Oh, ternyata tidak hanya brand-brand besar saja yang dapat bekerja sama dengan sebuah brand besar. Kalau kita punya nilai dan objektif yang jelas, apalagi kita selalu mementingkan hubungan dengan sesama manusia, kita bisa bergerak lebih besar," tutur Muhamad.

Sebelum peluncuran nama Stasiun MRT Cipete Raya TUKU, proses kerja sama MRT Jakarta dengan TUKU terjalin sekitar tiga bulan. Hak penamaan (naming rights) stasiun MRT tersebut merupakan yang kedelapan kali. Tujuh kolaborasi sebelumnya yakni Stasiun Fatmawati Indomaret, Stasiun Blok M BCA, Stasiun Senayan Mastercard, Stasiun Istora Mandiri, Stasiun Setiabudi Astra, Stasiun Dukuh Atas BNI, serta Stasiun Bundaran HI Bank DKI.

Suasana di sekitar Stasiun MRT Cipete Raya TUKU (Foto: Pusdatinrenbang Bappeda DKI).

"TUKU punya visi dan misi yang sama dengan MRT. Mereka punya kualitas pelayanan ke pelanggan. MRT terbuka bermitra dengan siapa pun yang sama-sama memperhatikan pelanggannya. Selama ini, di stasiun-stasiun yang sudah bermitra dengan kami, rata-rata perusahaannya ada perbankan dan lain-lain. Nah, ini pertama kali kami bermitra dengan UMKM lokal, local brand istilahnya. Ini baik sekali bagi MRT Jakarta, karena kami memang mendukung mitra-mitra lokal atau brand-brand lokal untuk bekerja sama. Ini menginfokan kepada masyarakat atau brand-brand lokal bahwa stasiun MRT bukan hanya brand-brand tertentu kok, tapi untuk keseluruhan. Ini menguntungkan kedua belah pihak, baik TUKU maupun MRT Jakarta," ungkap Ricky Agung Kresna Putra, Commercial Deparment Head MRT Jakarta.

Dalam perencanaan pembangunan Kota Jakarta yang berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD) di mana pengembangan ruang perumahan, bisnis, serta rekreasi dalam jarak berjalan kaki dari angkutan umum, MRT Jakarta juga akan menjadikan kawasan Cipete sebagai TOD.

"Fokus kami sekarang di Stasiun Bundaran HI, Dukuh Atas, Blok M, Fatmawati, atau Lebak Bulus. Nanti pasti kita akan melihat potensi TOD di kawasan Cipete. Kehadiran TUKU sebagai brand lokal, kalau kita duduk lebih baik, bukan hanya itu kan. Banyak sekali komunitas-komunitas lokal di sana. Terutama yang terkenal dengan kopi lokal Indonesianya, karena komunitas kopi Cipete itu memang lahir dan tumbuh di sana. Pengembangan area itu sudah menjadi blue print kami untuk dikembangkan. Bukan hanya kuliner atau kopinya saja, tapi pasti harus ada ruang-ruang terbuka pula. Itu mungkin juga akan menjadi salah satu rancangan kami," jelas Ricky.

MRT Jakarta memang diamanatkan mengembangkan kawasan TOD yang inline dengan bisnisnya. Bukan hanya yang berasal dari tiket pelanggan (fare box), tetapi juga non-fare box yang salah satunya berasal dari hak penamaan (naming rights).

"Penempatan area dari MRT Jakarta ini di jantung antara Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Nanti akan nyambung lagi sampai Kota, kemudian fase tiganya Timur-Barat (Tangerang-Bekasi). Naming rights salah satu ide yang bisa kami tawarkan kepada mitra-mitra. Penamaan stasiun ini akan menjadi, istilahnya, top of mind-lah. Karena yang kami tawarkan bukan hanya penamaannya saja. Benefit di luar itu pun cukup banyak, baik dari offline maupun online-nya. Jadi penamaan stasiun ini menjadi salah satu non-fare box yang kami utamakan," papar Ricky.

Bagi ribuan penumpang yang mendengar Stasiun Cipete Raya TUKU disebutkan di gerbong MRT, melihat brand itu di stasiun dan MRT, mencari lokasi perjalanan di peta pencarian, ditulis media massa, maupun menjadi konten di media sosial, buah kerja sama TUKU dengan MRT Jakarta memang akan melekat dalam benak masyarakat pada umumnya. Namun, ini tidak cuma branding, tetapi juga menghidupkan atmosfer sebuah kawasan di Kota Jakarta yang bernama Cipete.

"Harapan kami, semoga kolaborasi ini bukan sekadar nama. TUKU senang kalau tetangga TUKU senang dengan pergerakan TUKU. TUKU juga senang dulu kita menghidupkan kopi susu dengan gula aren pada tahun 2015. Akhirnya itu bisa menjadi minuman baru yang dapat dinikmati satu Indonesia ini. Akhirnya sih kami berharap, kolaborasi ini dapat memberi kenyamanan dan pengalaman menyenangkan buat semua penumpang MRT Jakarta," pungkas Muhamad.

Sungguh kolaborasi cerdas yang  memanfaatkan transportasi publik ramah lingkungan, antimacet, dan relatif murah. Kerja sama yang juga membentuk identitas kawasan di Kota Jakarta, seperti tempat kuliner yang identik dengan Cipete. Sebuah ciri khas yang kian terbentuk sejak MRT beroperasi pada 24 Maret 2019 silam.       

Artikel Terkait
Aksesbilitas
Perbesar Text
Kecilkan Text
Readable Font
Atur Ulang / Reset