Jakarta (07/11). Pengelolaan sampah kini menjadi tantangan krusial bagi negara-negara di seluruh dunia yang makin hari semakin mendesak, tak terkecuali di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, industrialisasi, dan gaya hidup konsumtif menghasilkan volume sampah yang semakin meningkat. Bagaimana sebuah kota mengelola limbah ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup warga dan lingkungannya.
Jakarta, sebagai ibukota negara dan pusat ekonomi Indonesia, memiliki ambisi besar untuk menjadi kota global yang berkelas dunia. Namun, untuk mencapai status tersebut, Jakarta perlu mengatasi beragam tantangan, salah satunya adalah masalah pengelolaan sampah.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada Senin, 4 November 2024, Bappeda Provinsi DKI Jakarta mengadakan Webinar Series #3 yang mengangkat tema "Building a Smart Waste Management System in Jakarta from Upstream to Downstream."
Webinar ini dibuka langsung oleh Kepala Bidang Pusat Riset dan Inovasi Daerah, Bappeda Provinsi DKI Jakarta, Andhika Ajie. Dalam sambutannya ia menjelaskan tanggung jawab untuk mengatasi tantangan pengelolaan sampah tidak hanya terletak pada pemerintah, tetapi juga pada bisnis, masyarakat, dan setiap individu. Respons yang efektif harus lebih dari sekadar meningkatkan infrastruktur pengumpulan dan pembuangan sampah.
Hal ini harus mencakup pendekatan holistik dengan berfokus pada pengurangan timbulan sampah melalui inisiatif pendidikan, penegakan kebijakan, dan promosi daur ulang dan strategi ekonomi sirkular. Dengan pendekatan yang berkelanjutan dan inovatif ini, Jakarta memiliki kesempatan untuk mengambil peran proaktif dalam meningkatkan pengelolaan sampah, menyelaraskan diri dengan tujuan SDGs, dan menjadi contoh bagi keberlanjutan perkotaan.
Webinar ini mengumpulkan sejumlah pakar dari negara negara maju di dunia, di bidang pengelolaan sampah yang membagikan pengalaman, tantangan, serta rekomendasi mereka dalam upaya mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan di kota besar seperti Jakarta.
Mereka adalah Deputy Director of Environmental Policy Division Osaki city, Japan, Shizuto Takehara, Director of the Circularity Assessment Protocol, Circularity Informatics Lab, United State of America, Taylor Maddalene Myers, Senior Officer New South Wales, Australia, James Robert Balzer, serta CEO After Oil dari Indonesia, Rifo Romelio.
Para narasumber pun menyampaikan pandangan mereka bahwa pengelolaan sampah perkotaan tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat, sektor swasta, dan pelaku industri. Setiap pemangku kepentingan memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kota yang bersih dan berkelanjutan.
Deputy Director of Environmental Policy Division Osaki city, Japan, Shizuto Takehara, membagikan pengalaman dari Osaki, kota di Jepang yang berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas. Di Osaki, pendekatan pemilahan sampah dimulai di tingkat rumah tangga, dengan edukasi yang kuat kepada warga untuk memilah sampah sesuai jenisnya. Hal ini tidak hanya mengurangi beban pengelolaan di fasilitas akhir, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. Shizuto berharap Jakarta bisa menerapkan langkah serupa untuk mengurangi beban pengangkutan dan pemrosesan sampah.
Di kesempatan yang sama Director of the Circularity Assessment Protocol, Circularity Informatics Lab, United State of America, Taylor Maddalene Myers berbagi tentang penggunaan Circularity Assessment Protocol dalam memantau aliran sampah dan mendeteksi titik-titik kritis dalam sistem pengelolaan sampah. Dengan data yang akurat, kota-kota besar seperti Jakarta dapat mengidentifikasi area yang perlu intervensi tambahan, serta merancang strategi daur ulang dan pengurangan sampah yang lebih efektif. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan lembaga penelitian dalam mengimplementasikan pendekatan sirkular dalam manajemen sampah.
Dari perspektif New South Wales (NSW), James memperkenalkan konsep ekonomi sirkular yang mengubah cara kita memandang sampah. Alih-alih dibuang, sampah dianggap sebagai sumber daya berharga yang dapat dimanfaatkan kembali. NSW telah berhasil menerapkan prinsip ini dalam sistem pengelolaan sampahnya dengan tujuan utama mengurangi limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan memaksimalkan daur ulang.
CEO After Oil dari Indonesia, Rifo Romelio sebagai seorang pelaku startup di bidang pengelolaan sampah, membagikan inovasi dalam mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif. Teknologi ini mampu mengurangi volume sampah plastik sekaligus menyediakan energi ramah lingkungan yang bermanfaat. Rifo menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah untuk menerapkan teknologi ramah lingkungan serta mendidik masyarakat agar lebih peduli terhadap dampak sampah plastik.
Dengan belajar langsung dari para ahli, Jakarta diharapkan dapat menerapkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan pengelolaan sampahnya. Webinar ini memberikan platform berharga untuk berbagi pengetahuan dan kolaborasi antara para ahli dan pemangku kepentingan.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Jakarta, sistem pengelolaan sampah yang kuat akan menjadi penting untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan. Dengan merangkul teknologi, mempromosikan prinsip-prinsip ekonomi sirkular, dan memberdayakan masyarakat, Jakarta dapat menjadi kota model untuk pengelolaan sampah berkelanjutan.